Banyak sisi lain dari sebuah tokoh yang sering kali tidak diketahui orang banyak. Baru setelah beberapa selang waktu yang lama, sisi-sisi lain itu terbuka dan hasilnya sering kali mengagetkan. Salah satu tokoh yang punya sisi lain yang mengagetkan adalah Jusuf Kalla.
Setelah selesai menjabat Wakil Presiden RI, JK (sapaan akrab Jusuf Kalla) terpilih menjadi ketua Dewan Masjid Indonesia. Tidak ada yang tahu sebelumnya bahwa JK punya hubungan dengan masjid. Yang banyak dikenal masyarakat adalah sosoknya sebagai negarawan, ahli ekonomi, saudagar, dan terakhir dermawan.
Tapi sebenarnya, kedekatan JK dengan masjid sudah terbangun sejak ia masih muda. Ceritanya bermula dari karir JK sebagai Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Kota Makassar. Walikotanya boleh berganti-ganti hingga berkali-kali, tapi sekeretaris PHBI tetap JK. “PHBI itu urusannya walikota. Siapa saja walikotanya, saya wakilnya. Barangkali saya mengurus lapak tikar untuk shalat selama 20 tahun. Sampai terakhir mengurus mayit,” ujar JK.
JK sebenarnya juga pengurus masjid yang ahli mengurus mikrofon dan loudspeaker bersama Almi Hamu sahabatnya yang selama 20 tahun juga selalu membantu persiapan malam takbiran. “Bagaimana mengatur sound system, shaf shalat di malam takbiran. Saya merada itu tugas sosial saja. Saya tidak merasa sebagai pengusaha. Tapi itu kebahagiaan buat saya,” tukas JK.
Alwi Hamu menceritakan pengalamannya di awal dia dengan JK mengurus pengeras suara di lapangan Karebosi. “Waktu itu kita berpikir, kenapa kalau Lebaran kotib masih khotbah, kok jamaah pada pergi dan lapangan sudah kosong. Padahal kita pakai 100 loudspeaker.” Ternyata posisi keseratus loudspeaker itu tidak tepat sehingga tidak kedengaran suara sang khotibnya.
Akhirnya muncul ide untuk bekerjasama dengan mobil pedagang keliling yang ada pengeras suaranya. Lalu mereka membenahi letaknya supaya suaranya jernih. Sampai akhirnya masuk radio. Memang terlambat sekian detik dari imam dan khotib, jelas Alwi, tapi suaranya jelas dan jamaah tidak pergi.
Sejak saat itu, JK dan Alwi sering membetulkan loudspeaker masjid-masjid dimana mereka bepergian. Teorinya adalah posisi loudspeaker sebaiknya tidak saling berhadapan karena audionya saling berpantulan sehingga mendengung dan memekakkan telinga.
Kedekatan JK dengan masjid berlanjut hingga ia menjadi pengurus Masjid Al Markaz yang juga Masjid Raya Makassar. JK menginginkan sound system yang terbaik. Maka dikontaklah Rahmat Gobel, putra dari Jendral Jusuf, untuk membantu pengadaannya. Jendral Jusuf adalah salah satu inisiator pembangunan Masjid Raya tersebut dan juga merupakan sumber inspirasi JK.
Akhirnya, hubungan JK dengan Rahmat Gobel pun makin dekat terutama saat proses penyiapan sound system dan loudspeaker Masjid Al Markaz. Rahmat mendatangkan sound system terbaik beserta teknisinya langsung dari Jepang. Tetapi suaranya tidak sempurna karena mendengung. Saat itulah JK yang sudah puluhan tahun mengelola sound system masjid terutama untuk shalat Ied di Lapangan Karebosi turun tangan. Dari campur tangan JK, barulah suaranya enak didengar dan tidak memekakkan telinga serta bisa terdengar merdu hingga lima kilometer.
Jadi, jika banyak orang hanya tahu JK sebagai mantan wakil presiden dan sebagainya, sebenarnya JK juga merupakan pengurus masjid yang aktif. Karena pengalaman JK dalam membangun dan mengelola sejumlah masjid di berbagai tempat, kini JK terpilih secara aklamasi menjad Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia. Dan mungkin itulah salah satu alasan mengapa JK sangat memperhatikan urusan sound system dalam program pembenahan masjid yang dilakukan DMI.
Sumber: dmi.or.id