Berkah Islam Pedia – Doa memohon pengampunan dosa dianjurkan untuk diucapkan setiap saat, karena umat manusia akan sulit terhindar dari dosa dan kesalahan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dosa kecil.
Sesungguhnya doa terpenting yang diminta seorang muslim kepada Rabbnya adalah ampunan dari dosa-dosanya, keselamatan dari neraka dan masuk surga. [Jami’ul wal Hikam 2/41,404].
Seorang muslim berhajat memohon ampunan atas segala dosanya dari Allah SWT, karena berpotensi melakukan kelalaian dan kesalahan di malam dan di siang hari, baiik disengaja maupun tidak disengaja. Karena ini rasulullah SAW bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Hai manusia, bertobatlah kalian kepada Allah, maka sesungguhnya aku bertobat kepada Allah dalam sehari seratuskali.” [HR. Muslim].
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ فَإِنِّي أَتُوبُ إِلَى اللَّهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Hai manusia, bertobatlah kalian kepada Allah dan beristighfarlah kepada-Nya maka sesungguhnya aku bertobat dan meminta ampunan kepada Allah setiap hari seratus kali” [HR. An-Nasa’i].
مَنْ قَالَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ، غَفَرَ اللهُ لَهُ وَإِنْ كَانَ فَرَّ مِنَ الزَّحْفِ
“Barangsiapa yang berdo’a: Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung dimana tiada ilah kecuali Dia Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri, aku bertobat kepada Allah, maka Allah akan mengampuninya, walaupun dia lari dari peperangan.” [HR. Abu Daud & at-Tirmidzi].
وَمَن يَعْمَلْ سُوءاً أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللّهَ يَجِدِ اللّهَ غَفُوراً رَّحِيماً
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. An-Nisaa: 110].
وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً ثُمَّ اهْتَدَى
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal shalih, kemudian tetap di jalan yang benar.” [QS. Thaha: 82].
Dan dari Anas ra telah berkata, aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلَا أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ
السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
“Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam, selagi engkau minta dan berharap kepada-Ku maka Aku akan mengampuni bagimu atas segala dosa yang telah terlanjur dan tidak Aku perdulikan lagi. Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai setinggi langit kemudian meminta ampun kepada-Ku niscaya Aku beri ampunan bagimu. Wahai anak Adam jika engkau datang kepadaku dengan dosa sepenuh bumi tapi kamu tidak menyekutukan-Ku niscaya Aku datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” [HR. at-Tirmidzi & Ad-Darimi]
Kata “Istighfar” sering disebutkan bersama kata “Taubah” di dalam satu kalimat, maka kata istighfar pada saat itu berarri suatu ungkapan meminta ampunan dengan lisan dan taubah berarti meninggalkan dosa-dosa dengan hati dan seluruh organ tubuh, dan Allah telah menjanjikan dalam surat Ali Imran ayat 135 dengan suatu ampunan bagi orang yang meminta ampunan dari dosa-dosanya dan tidak terus menerus (berhenti) dari melakukan dosa.
Setiap kata Istighfar di dalam al-Qur’an atau hadits bermakna memohon ampunan dosa dan meninggalkan dosa tersebut dengan hati dan seluruh anggota tubuh. Adapun orang yang beristighfar dengan lisan sedangkan hatinya terus berbuat dosa maka hal ini hanya bersifat do’a, jika Allah kehendaki Dia mengabulkan dan jika menghendaki Dia menolaknya, bahkan terkadang terus menerus melakukan dosa dapat menjadi penghalang terkabulnya do’a. [Jami’ul wal Hikam 2/407-411].
Dan dari Abdullah Ibnu Amr Ibnu Ash ra dari Nabi SAW bersabda,
ارْحَمُوا تُرْحَمُوا وَاغْفِرُوا يَغْفِرْ اللَّهُ لَكُمْ وَيْلٌ لِأَقْمَاعِ الْقَوْلِ وَيْلٌ لِلْمُصِرِّينَ الَّذِينَ يُصِرُّونَ عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Sayangilah, niscaya kalian akan disayang, dan maafkanlah, niscaya Allah akan mengampuni kalian, celakalah bagi Aqma’il qaulu[1] dan celakalah bagi orang yang terus menerus melakukan dosa sedang mereka mengetahui.” [HR. Ahmad & Bukhari]
Jika seseorang mengatakan saya beristighfar kepada Allah dan bertobat kepada-Nya maka ada dua kemungkinan:
Keadaan pertama
Dia mengatakan hal itu tapi hatinya terus berbuat maksiat, maka dia dusta, karena dia mengatakan bertaubat padahal dia tidak meninggalkan dosa dengan hati dan anggota tubuhnya.
Keadaan yang kedua
Dia meninggalkan maksiat dengan hatinya dan memohon kepada-Nya tobat nasuha dan berjanji kepada Allah untuk tidak kembali ke dalam maksiat, maka sesungguhnya tekad untuk meninggalkan maksiat wajib atasnya, ucapannya “aku bertobat kepada-Nya” mengabarkan tentang keinginan untuk bertaubat dengan sebenar-benarnya.
Dari Abdullah Ibnu Umar ra berkata, “Sesungguhnya kami menghitung Rasulullah SAW di satu majlis mengucapkan seratus kali:
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الْرَّحِيْمُ
“Ya Rabb, ampunilah aku dan terimalah tobat diriku sesungguhnya Engkau Maha Penerima Tobat dan Maha Penyayang.” [HR. Abu Daud & Ibnu Majah].
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الْغَفُورُ
“Hai Rabb, ampunilah aku dan terimalah tobat atasku sesungguhnya Engkau Maha Penerima Tobat dan Maha Pengampun.” [HR. at-Tirmidzi & Ahmad].
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung dimana tiada ilah kecuali Dia Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri. [ Berdsarkan HR. Abu Daud & at-Tirmidzi di atas].
Catatan Kaki
[1] Jamak dari qima’un yaitu berupa corong yang dipasang di atas suatu bejana untuk mengisi benda cair berupa minuman dan minyak, Rasulullah mengupamakan pendengaran orang-orang yang mendengar suatu ucapan sedangkan mereka tidak memahaminya, tidak menghapalkannya, dan tidak mengamalkannya, dengan sebuah corong yang tidak menampung sesuatu untuk mengisi apabila benda cair, ucapan yang dikatakan atau didengar hanya begitu saja sebagaimana benda cair melewati corong tersebut.
Bacaan Doa Memohon Pengampunan Dosa & Kesalahan di Masa Lalu disadur dari buku karya Syaikh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani. Semoga Bermanfaat
Sumber: https://www.tongkronganislami.net/doa-memohon-pengampunan-dosa/